BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbedaantara satu
daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran
yangdianggap sebagai penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang
diperlukan. Karenanya, banyak teori yang dikemukakan para pemikir yang
bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan .
Pemahaman terhadap
pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekalitenaga kependidikan
dengan wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan
antara pengalaman-pengalaman masa lampau, tuntutan dan kebutuhan masa
kini, serta perkiraan atauantisipasi masa datang.
Aliran-aliran
pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang
memerlukan pendidikan yang lebih baik dari orang tuanya.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian aliran pendidikan ?
2. Apa
saja aliran-aliran klasik dalam pendidikan ?
3. Apa
saja gerakan-gerakan baru dalam pendidikan ?
4. Apa
saja aliran-aliran pokok dalam pendidikan di Indonesia ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian aliran pendidikan
2. Untuk
mengetahui aliran-aliran klasik dalam pendidikan
3. Untuk
mengetahui gerakan-gerakan baru dalam pendidikan
4. Untuk
mengetahui aliran-aliran pokok dalam pendidikan di Indonesia
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Aliran-aliran Pendidikan
Aliran-aliran
pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia
pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro
dan kontra oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan
demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu
aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon
tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.
Gagasan dan pelaksanaan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakatnya. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan
perkembangan iptek. Pemikiran-pemikiran yang membawapembaharuan pendidikan itu
disebut aliran-aliran pendidikan.Seperti bidang-bidang lainya,
pemikiran–pemikiran dalam pendidikan itu berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan yakni pemikiran-pemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro
dan kontra oleh pemikir-pemikir berikutnya, dan karena dialog tersebut akan melahirkan
lagi pemikiran-pemikiran baru dan demikian seterusnya.
Manusia selalu
dihadapakan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang
lebih baik dari orang tuanya. Di dalam berbagai kepustakaan tentang
aliran-aliran pendidikan, pemikiran-pemikiran tentang pendidikan telah dimulai
dari zaman yunani kuno sampai sekarang.
B. Aliran-aliran Klasik dalam
Pendidikan
1. Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata Empiri
yang berarti ‘pengalaman’. Aliran empirisme atau enviromental
menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan ditentukan oleh
pengalaman-pengalaman selama perkembangan individu tersebut. Pendidikan pun
termasuk pada pengertian pengalaman seorang individu.
Tokoh
utama aliran ini adalah Jhon Locke(1632-1704). Nama asli aliran ini adalah the
school of british empirism(aliran empirisme inggris). Doktrin aliran empirisme
yang sangat mashur adalah tabula rasa, sebuah istilah bahasa latin yang
berarti buku tulis yang kosong atau lembaran kosong. Doktrin tabula rasa
menekankan arti penting pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman pendidikannya.
Sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir di anggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini para penganut empirisme menganggap setiap anak lahir seperti
tabula rasa,dalam keadaan kosong dan tak punya kemampuan.
Aliran
empirisme berlawanan dengan aliran nativisme dan naturalisme
karena berpendapat bahwa dalam perkembangan anak menjadi manusia dewasa itu
sama sekali di tentukan oleh lingkungannya atau oleh pendidikan dan pengalaman
yang di terimanya sejak kecil. Manusia-manusia dapat di didik menjadi apa
saja(kearah yang baik maupun kearah yang buruk) menurut kehendak lingkungan
atau pendidikannya. Dalam pendidikan pendapat kaum empiris ini terkenal dengan
nama optimisme pedagogis.Kaum behaviouris pun sependapat dengan
kaum empiris, sebagai contoh di kemukakan di sini kata-kata waston, seorang behaviouris
tulen dari Amerika ”berilah saya anak yang baik keadaan badannya dan situasi
yang saya butuhkan, dan dari setiap orang anak, entah yang mana dapat saya
jadikan dokter, seorang pedagang, seorang ahli hukum, atau jika memang di
kehendaki menjadi seorang pengemisatau pencuri”.Dari pemaparan dan contoh di
atas jelas menurut pandangan empirisme bahwa peran pendidik sangat
penting sebab akan mencetak anak didik sesuai keinginan pendidik. Tapi dalam
dunia pengetahuan pendapat seperti ini sudah tidak di akui lagi, umumnya orang
sekarang mengakui adanya perkembangan dari pengaruh pembawaan dan lingkungan.Suatu
pembawaan tidak dapat mencapai perkembangannya jika tidak di pengaruhi oleh
lingkungan.
Di
samping itu orang berpendapat bahwa dalam batas-batas yang tertentu kita
dilahirkan dengan membawa intelegensi. Di katakana dalam batas-batas tertentu
karena sepanjang pengetahuan kita tahu bahwa intelegensi dapat dikembangkan.
2. Aliran Nativisme
Istilah
Nativisme dari asal kata natives yang artinya terlahir. Nativisme
adalah sebuah doktrin filosofis yang berpangaruh besar terhadap pemikiran
psikologis. Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer(1788-1869),
seoran filosofis Jerman. Aliran ini identik dengan pesimistis yang
memandang segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Aliran ini berpendapat bahwa
perkembangan manusia itu telah di tentukan oleh faktor-faktor yang di bawa
manusia sejak lahir,pembawaan yang telah terdapat pada waktu lahir itulah yang
menentukan hasil perkembangan
Menurut
aliran nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat pembawaan. Dalam ilmu pendidikan pandangan
seperti ini di sebut pesimistis pedagogis.
Pendidikan
yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna
untuk perkembangan anak itu sendiri. Bagi nativisme lingkungan sekitar
tidak mempengaruhi perkembangan anak, penganut aliran ini menyatakan bahwa
kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya
kalau anak mempunyai pembawaan baik maka dia akan baik. pembawaan baik dan buruk
ini tidak dapat di ubah dari luar.
Jadi
menurut pemaparan di atas jelas bahwa pendidikan menurut aliran nativisme tidak bisa mengubah
perkembangan seorang anak atau tidak mempunyai pengaruh sama sekali. Karena
menurut mereka baik buruknya seoang anak di tentukan oleh pembawaan sejak
lahir, dan peran pendidikan di sini hanya sebatas mengembangkan bakat saja.
Misalnya: seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik, walaupun orang
tuanya sering menasehati bahkan memarahinya supaya mau belajar, tapi fikiran
dan perasaanya tetap tertuju pada musik dan dia akan tetap berbakat menjadi
pemusik.
3. Aliran Naturalisme
Nature
artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang
filosof Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme
berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan
tidak satupun dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian
sangat di tentukan oleh pendidkan yang di terimanya atau yang
mempengaruhinya.Jika pengaruh itu baik maka akan baiklah ia akan tetapi jika
pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan oleh tokoh
aliran ini yaitu J.J. Rousseau sebagai berikut,”semua anak adalah baik pada
waktu baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”.
Oleh
karena itu sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak
hendaklah di biarkan tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia
atau masyarakat jangan banyak mencampurinya. Rousseau juga berpendapat bahwa
pendidikan yang di berikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak
yang baik itu, aliran ini juga di sebut negativisme.
dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang di laksanakan adalah menyerahkan anak didik kealam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang di laksanakan adalah menyerahkan anak didik kealam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu.
Rousseau
ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba di buat-buat
sehingga kebaikan anak-anak yang di peroleh secara alamiyah sejak saat
kelahirannya itu dapat berkembang secara sepontan dan bebas. Ia mengusulkan
perlu permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuannya
dan kecenderungannya.
Jadi
menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di
ketahui, gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan,
sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin di
perlukan.
4. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh
Wlliam Stern, ia berpedapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah
disertai pembawaan baik maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik
faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama sama mempunyai peranan sangat
penting. Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik
tanpa adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.Kedua-duanya
(pembawaan dan lingkungan) mempunyai pengaruh yang sama besar bagi perkembangan
anak. Pendapat ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh William Stern.Pendapat
ini semua bermaksud menghilangkan pendapat berat sebelah dari aliran nativisme dan empirisme dengan
mengkombinasikannya.
Pada mulanya pendapat ini diterima
oleh banyak orang karena mampu menerangkan kejadian kejadian dalam kehidupan
masyarakat. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya banyak orang yang berkeberatan
dengan pendapat tersebut dan mengatakan kalau perkembangan manusia itu hanya
ditentukan oleh pembawaan dan lingkungan, maka hal ini tak ubahnya kehidupan
hewan. Sebab hewan itu pertumbuhannya hasil dari pembawaan dan lingkungan.Hewan
hanya terserah kepada pembawaan keturunannya dan pengaruh-pengaruh lingkungannya.
Perkembangan pada hewan seluruhnya ditentukan oleh kodrat, oleh hukum
alam.Sedangkan manusia berbeda dengan hewan disamping dipengaruhi oleh
pembawaan dan lingkungan, manusia aktif dan kreatif dalam mewujudkan
perkembangan itu.
Drs.M Ngalim Purwanto mengatakan
dalam hal ini sebagai berikut:
“Manusia bukan hasil belaka dari pembawaan dan lingkungannya,
manusia hanya diperkembangkan tetapi memperkembangkan dirinya sendiri’’
Manusia adalah makhluk yang dapat
dan sanggup memilih dan menentukan sesuatu yang mengenai dirinya secara bebas.
Karena itulah ia bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya,ia dapat juga
mengambil keputusan yang berlainan daripada yang pernah diambilnya. Proses
perkembangan manusia tidak hanya ditentukan oleh faktor pembawaan yang telah
ada pada orang itu dan faktor lingkungan yang mempengaruhi orang itu. Aktivitas
manusia itu sendiri dalam perkembangan sendiri turut menentukan atau memainkan
peran juga. Hasil perkembangan seseorang tidak mungkin dapat dibaca dari
pembawaannya dan lingkungannya saja.
C. Gerakan-Gerakan Baru dalam
Pendidikan
1. Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan
anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan
ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di
Belanda dengan Het Voll Leven.
Dasar pemikiran yang terkandung di dalam pengajaran
alam sekitar adalah peserta didik akan mendapat kecakapan dan kesanggupan baru
dalam menghadapi dunia kenyataan. Penjelajahan seseorang dalam menemukan
hal-hal baru, baik untuk pengetahuan, olah raga, maupun rekreasi menjadikan
program pendidikan alam sekitar dipandang sangat penting. Melalui penjelajahan
yang dilakukan, maka sekarang peserta didik, akan menghayati secara langsung
tentang keadaan alam sekitar, belajar sambil mengerjakan sesuatu dengan serta
merta memanfaatkan waktu senggangnya. Pendidikan alam sekitar ini mudah
dilaksanakan di segala jenjang pendidikan. Konsekuensinya, dalam persiapan
perlu dipikirkan tentang biaya ketika akan diadakan penjelajahan seperti halnya
biaya transportasi, biaya hidup selama penjelajahan, penginapan dan sebagainya.
2. Pengajaran Pusat Perhatian
Pengajaran pusat perhatian dirintis
oleh Ovideminat Decroly dari Belgia (1871-1923),seorang dokter perancis mendirikan yayasan untuk anak-anak
abnormal yang bertempat dirumahnya pada tahun1901. pada tahun1907 metodenya
diterapkan pada anak-anak normal. Pengajaran disusun menurut pusat perhatian
anak, yang dinamai centres d’interet. Decroly mencari dan menyelidiki naluri
anak dalam pertumbuhannya (secara intrinsik). Naluri yang perlu didapatkan
adalah naluri untuk mempertahankan diri,untuk makan, bermain dan bekerja, dari
meniru. Berangkat dari naluri tersebut selanjutnya disusun pusat perhatian
seperti: untuk makan, untuk berlindung, mempertahankan diri terhadap musuh, dan
untuk bekerja. Yang menarik pada pendidikan/ pengajaran Decroly yaitu bahwa
anak selalu bekerja sendiri tanpa ditolong dan dilayani.
3. Sekolah Kerja
George Kerschensteiner (1854-1932) menulis karangan
tentang arbeitsshule. Ia seorang guru ilmu pasti yang diangkat sebagai
inspektur di Munchen. Pada tahun 1898 ia mengembangkan cita-cita pendidikan,
bagi kerschensteiner, tujuan hidup manusia yang tertinggi adalah mengabdi
kepada negara. Berhubungan dengan itu kewajiban sekolah yang terpenting ialah
menyiapkan peserta didik untuk sesuatu pekerjaan. Jadi yang menjadi pusat
tujuan pengajaran adalah kerja untuk menatap masa mendatang. Melalui bekerja,
manusia menuju ke lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Peserta didik bekerja
berkelompok sesuai dengan bagian masing-masing, sehingga menimbulkan tanggung
jawab.
4. Pengajaran Proyek
Pengajaran Proyek berarti kegiatan, sedangkan belajar
mengandung arti kesempatan untuk memilih, merancang, berlatih, memimpin dan
sebagainya. Dalam hal ini penting ialah bahwa peserta didik telah aktif
memecahkan persoalan, maka wataknya akan terbentuk. Demikian konsep pemikiran
WH Kilpatrick di dalam pengajaran proyek.
Pengajaran proyek biasa pula
digunakan sebagai salah satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan
nama pengajaran proyek, pengajaran unit, dan sebagainya.Yang perlu ditekankan
bahwa pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan
memecahkan persoalan secara konprehensif. Pendekatan multidisiplin tersebut makin
lama makin penting, utamanya masyarakat maju.
D. Dua Aliran Pokok Pendidikan di
Indonesia
Dua
aliaran pokok pendidikan di Indonesia itu dimaksudkan adalah Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa dan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam. Kedua aliran ini
dipandang sebagai suatu tonggak pemikiran tentang pendidikan di Indonesia.
Namun perlu dikemukakan bahwa prakarsa dan upaya di bidang pendidikan tidak
terbatas hanya oleh Taman Siswa dan INS itu saja. Secara historis, pendidikan yang
melembaga (meskipun lebih banyak pada jalur luar sekolah) telah dikenal sebelum
Belanda menjajah Indonesia,seperti padepokan,pesantren,dan sebagainya Belanda
memperkenalkan sistem persekolahan di Indonesia, timbul pula berbagai upaya
untuk mendirikan sekolah RA Kartini (1879-1904) sebelum menikah telah berhasil
mendirikan sekolah untuk anak perempuan di Jepara, dan setelah menikah
didirikanlah pula di Rembang.
Demikian
pula tokoh di bidang keagamaan telah merintis persekolahan yang bercorak
keagamaan sesuai agamanya masing-masing. Salah satu yang kini mempunyai sekolah
yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, sebagai contoh adalah Muhammadiyah
(didirikan 1912 oleh K.H. Achmad Dahlan). Sedangkan yang bercorak kebangsaan
adalah Perguruan Kebangsaan Taman Siswa, ruang pendidik INS Kayu Taman,
Kesatrian Institut (Bandung), Perguruan Rakyat (Jakarta), dan
sebagainya.Seiring pengembangan terhadap lembaga-lembaga yang telah ada seperti
madrasah, pondok pesantren,dan sebagainya.
1. Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa
Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli di
Yogyakarta, yakni dalam bentuk yayasan, selanjutnya mulai didirikan Taman
Indria dan Kursus Guru, kemudian Muda, disusul Taman Dewasa merangkap
Taman Guru. Sekarang ini telah dikembangkan sehingga meliputi pula Taman Madya,
Prasarjana, dan Sarjana Wiyata. Dengan demikian Taman Siswa telah meliputi
semua jenjang persekolahan, dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
a) Asas
Taman Siswa
1. Bahwa
setiap orang mempunyai hak mengatur dirinya sendiri dengan terbitnya
persatuan dalam peri kehidupan umum.
2. Bahwa
pengajaran harus memberi pengetahuan yang berfaedah yang dalam arti lahir dan
batin dapat memerdekakan diri.
3. Bahwa
pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
4. Bahwa
pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh rakyat.
5. Bahwa
sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus membelanjai
sendiri segala usaha yang dilakukan.
6. Bahwa
dalam mendidik anak-anak perlu adanya keikhlasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan pribadi demi keselamatan dan kebahagiaan
anak-anak.
b) Panca
Dharma Taman Siswa
Panca Dharma disebut juga
dasar-dasar pendidikan taman siswa yaitu
1. Kemanusiaan : Cinta kasih terhada sesama manusia dan
semua mahkluk ciptaan Tuhan.
2. Kodrat
hidup : Untuk pemeliharaan dan kemajuan hidup sehingga manusia hidup selamat
dan bahagia.
3. Kebangsaan
: Tidak boleh menyombongkan bangsa sendiri, tidak boleh bertentangan dengan
kepentingan umum.
4. Kebudayaan
: Kebudayaan nasional harus tetap dipelihara.
5. Kemerdekaan/kebebasan
: Apabila anak tidak diberikan kemerdekaan maka akan menghambat kemajuannya.
c) Semboyan
Ki Hadjar Dewantara :
1. Ing
ngarsa sung tuladha : Memberikan teladan kepada peserta didik ketika berada di
depan.
2. Ing
madya mangun karsa : Membangun semangat kepada peserta didik ketika berada di
tengah.
3. Tut
wuri handayani : Mengarahkan peserta didik agar tidak salah bertindak ketika
berada di belakang.
d) Tujuan
Taman Siswa
1. Sebagai
bahan untuk memperjuangan kebudayaan dan pembangunan masyarakat tertib dan
damai.
2. Membangun
anak didik menjadi manusia yang merdeka lahir dan batin, luhur akal budinya,
serta sehat jasmaninya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan
bertanggung jawab atas keserasian bangsa, tanah air, serta manusia pada
umumnya.
e) Upaya-upaya
Taman Siswa
1. Usaha
yang dilakukan oleh Taman Siswa adalah menyiapkan peserta didik yang cerdas dan
memiliki kecakapan hidup.
2. Dalam
ruang lingkup eksternal Taman siswa membentuk pusat-pusat kegiatan kegiatan
kemasyarakatan
f) Hasil-hasil
yang dicapai Taman Siswa
Taman siswa telah berhasil
menemukan gagasan tentang pendidikan nasional, lembaga-lembaga pendidikan dari
Taman Indria sampai Sarjana Wiyata. Taman Siswa pun telah melahirkan
alumni-alumni besar di indonesia.
2.
Ruang Pendidik INS Kayu
Tanam
Ruang Pendidik INS (Indonesia nederlandsche School)
didirikan oleh Mohammad Sjafe’i pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu Tanam
(Sumatera Barat). Dimulai dengan 75 murid, dibagi dalam dua kelas, serta masuk
sekolah bergantian karena gurunya hanya satu, yakni Moh. S’jafe’i sendiri.
Sekolah ini mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan Indonesia saat itu.
Sekolah ini mempunyai rencana pelajaran dan metode
sendiri yang hampir mirip dengan Sekolah Kerjanya Kershensteiner.Syafei
berpendapat bahwa dengan belajar sendiri watak peserta didik akan terbentuk dan
di kemudian hari dapat tumbuh menjadi orang dewasa yang merdeka, tidak hanya
dengan jalan menghafal saja di sekolah.
a) Asas
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1.
Berpikir logis dan rasional
2.
Keaktifan dan kegiatan
3.
Pendidikan masyarakat
4.
Memperhatikan pembawaan anak
5.
Menentang intelektualisme
b) Tujuan Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
1.
Mendidik rakyat ke arah
kemerdekaan
2.
Memberi pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
3.
Mendidik para pemuda agar
berguna untuk masyarakat
4.
Menanamkan kepercayaan terhadap
diri sendiri dan bertanggung jawab.
5.
Mengusahakan mandiri dalam
pembiayaan
c) Usaha-usaha
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam:
1.
Memantapkan dan
menyebarluaskan gagasan-gagasannya tentang pendidikan nasional
2.
Pengembangan Ruang
Pendidik INS (kelembagaan, sarana/ prasarana, dan lain-lain)
3.
Upaya pemberantasan
buta huruf
4.
Menyelenggarakan
berbagai jenjang pendidikan
5.
Menyiapkan tenaga guru
atau pendidik
6.
Penerbitan majalah
anak-anak Sendi
7.
Mencetak buku-buku
pelajaran
d) Hasil-hasil
yang dicapai Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
Ruang Pendidik INS Kayu Tanam
mengupayakan gagasan-gagasan tentang pendidikan nasional (utamanya pendidikan
keterampilan atau kerajinan), beberapa ruang pendidikan (jenjang pendidikan),
dan sejumlah alumni.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1.
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang
membawa pembaharuan dalam dunia pendidikan.
2.
Aliran-aliran Klasik dalam Pendidikan ada 4 yaitu teori empirisme,teori nativisme,teori konvergensi,dan teori naturalism.
3.
Gerakan-Gerakan Baru dalam Pendidikan ada 4 yaitu,
pengajaran alam sekitar,pengajaran pusat perhatian (centres d’interet),sekolah
kerja,dan pengajaran proyek
4.
Dua Aliran Pokok Pendidikan di Indonesi yaitu taman siswa
dan INS (indonesiche nederlansce school)
DAFTAR PUSTAKA
Sulaiman, Fathiyah Hasan. Aliran- Aliran dalam
Pendidikan. Semarang: Dina Utama, 1993.
Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar
Pendidikan,Jakarta: Rineka Cipta
0 Response to "Makalah Aliran-Aliran Pendidikan"
Post a Comment